Mencari Refrensi-Refrensi yang relevan

 Mencari Referensi-Referensi Yang Relevan


Nama : Muhammad Lathif

NPM : 202246500814

Kelas : R3K

Mata Kuliah : Filsafat Seni

Dosen Pengampuh : Dr.Sn. Angga Kusuma Dawami M. Sn.


Perbandingan 30 Artikel Meliputi

Objek, Teori/Pendekatan, Analisis, dan Kesimpulan


1.ANALISIS LUKISAN Mimpi Belaka

Objek : Lukisan karya Muhammad Galang Irnanda

Teori : Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori konografi

Analisis : Harapan/mimpi dalam lukisan direpresentasikan dengan background dengan corak abstrak. Karena pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu.Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkanakan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akandatang. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannyamenjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Terdapat warna putih donimanyang keluar dari kepala sosok manusia tersebut, melambangkan sebuah harapan yang datang dari pikiran seseorang. Dalam lukisan ini terdapat juga tulisan-tulisan yang berisikan harapan-harapan yang diinginkannya. Berkenaan denganitu semua sehingga muncullah sebuah judul “Mimpi Belaka”. Kata “mimpi”disini merupakan pengganti dari kata “harapan”. Mimpi tidak hanya terjadi saatorang sedang tidur saja, tapi mimpi mempunyai beberapa macam jenis yangsalah satunya adalah mimpi sebagai harapan. Dan kata “Belaka” mempunyaimakna ”hanya atau sebatas”.

Kesimpulan : Lukisan yang berjudul “Mimpi Belaka” ini mempunyai nilai estetik yangcukup tinggi. Dilihat dari peletakan subject matter di bagian bawah danmenyisakan ruang kosong yang cukup banyak, dan diisi dengan pemberian warna-warna soft. Sehingga mengarahkan mata apresiator/pengamat kepada subject matter atau sosok manusia, sebagai point of interest. Judul yang diambil sangat relevan dengan kontens lukisan tersebut.


2. ANALISIS SENI LUKIS Visual Koran 

Objek : Seni Lukis Visual Koran Karya Budi Haryono

Teori : Clive Bell

Analisis : Pendekatan teori bentuk Clive Bell digunakan untuk menganalisis seni lukis visual koran Budi "Ubrux" Haryono. Karya-karya ini menekankan tema-tema yang mencerminkan lapisan kehidupan masyarakat dan mengkritisi fenomena sekitarnya, terutama dampak globalisasi informasi. Analisis juga mencakup teknis realis yang digunakan dalam pengerjaan karya seni lukis visual koran. 

Kesimpulan : Artikel ini fokus pada seni lukis visual koran dengan pendekatan teori bentuk. . Artikel ini menyoroti eksplorasi seni lukis sebagai bentuk pertanggungjawaban seniman terhadap masyarakat.


3. ANALISIS Lukisan "Potret Dora Maar" Karya Pablo Picasso

Objek : Lukisan Potret Dora Maaf

Teori : Teori yang digunakan yaitu teori bentuk

Analisis : komposisi pada lukisan merupakan gabungan dari geometri dan organik. Meski komposisi nya beragam semua menjadi susunan yang baik mendukung karakter Dora Maar yang di tonjolkan. Beberapa contoh bentuk organik lebih terlihat pada penggambaran wajah Dora Maar yang berbentuk oval, mamatanyaerbentuk almond dengan pupil lingkaran, dan bentuk pakaian nya yg. Lukisan ini menggambarkan seorang wanita menangis kesakitan sambil menggendong anaknya yang telah meninggal. 

Kesimpulan : dilihat dari teori yang di pakai adalah teori bentuk membuat karya dapat di lihat banyaknya bentuk-bentuk geometri serta organik, membuat kesan eskpresionis menggambarkan suatu fenomea, perbedaannya dengan bahasan saya tentu terletak pada teori kajiannya namun mempelajari teori bentuk dapat membantu saya untuk meneliti sebuah lukisan terutama lukisan yang akan saya bahas.


4. ANALISIS Ekspresi Visual Human Emotion Dalam Karya Seni Lukis

Objek : Lukisan

Teori : Metode yang dipergunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data melalui studi literatur dan studi visual.

Analisis : Manusia ketika berkomunikasi ataupun merespon sebuah peristiwa, melibatkan luapan emosi. Emosi tersebut secara ekspresif mengaktualisasikan rasa gembira, sedih, bahagia, yang bahkan tak dapat dinarasikan melalui ungkapan kata-kata. Permasalahan ini akan diekspresikan melalui karya seni lukis dengan menggunakan cat minyak di atas kanvas. Hasil penelitian ini objek yang diusung adalah wajah perupa yang diwakili oleh raut wajah dibuat lebih besar dan mendominasi bidang dibandingkan raut wajah lainnya, hal ini menandakan bahwa figur tersebut dianggap lebih penting. Warna didominasi oleh warna kuning kecoklatan pada bagian latar, dan warna-warna campuran, seperti hijau, biru, jingga. Campuran warna-warna tersebut merupakan perwakilan dari berbagai ekspresi wajah yang disampaikan kepada apresiator.

Kesimpulan : Pada analisis di atas memiliki penjelasan bahwa karya seni dapat mengekspresikan human emotional atau emosi seseorang, melalui sebuah karya kita bisa mengekspresikan diri kita tentu itu bisa di dapat dari, teknik apa yang kita pakai, warna apa yang kita pakai, dan bagaimana cara kita menggores kuas, sama halnya dengan bahasan lukisan yang saya bahas yaitu The Stonebreakers memiliki arti di dalamnya, mengekspresikan kerja keras rakyat yang apa adanya sedang bekerja menghancurkan batu, di gambarkan dengan goresan kuas kasar, membuat kesan bersungguh-sungguh dan menggambarkan bahwa semua itu nyata.


5. ANALISIS  Lukisan “The Starry Night” Karya Vincent Van Gogh.

Objek : Lukisan The Starry Night

Teori :Teori ekspresionis (Vincent Van Gogh, Paul Gaugiuin, dan Ernast Ludwig).

Analisis : Ekspresionis adalah kecenderungan seorang Seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek- efek emosional. Ekspresionis bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, Arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.

Kesimpulan : Aliran seni lukis yang dibawa Vincent Van Gogh adalah post-impressionism dan Ekspresionis. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosni bahagia. Seperti Van Gogh melukis The Starry Night selama 12 bulan saat Ia tinggal di rumah sakit jiwa Saint-Paul-de-Mausole, Prancis. Tepatnya beberapa bulan setelah menderita gangguan di mana ia memotong sebagian dari telinganya sendiri dengan silet. Di rumah sakit jiwa, Van Gogh mengamati langit malam dari jendela kamarnya yang berjeruji dan menulis surat pada Theo (saudaranya) yang menggambarkan pemandangan indah bintang pada suatu pagi di musim panas tahun 1889. Van Gogh tidak diizinkan untuk melukis di kamarnya. Karena itu, Van Gogh melukis pemandangan itu dari ingatan dan menggunakan imajinasinya untuk melukis desa kecil yang sebenarnya tidak ada.


6. ANALISIS Lukisan “Di Ujung Tanduk” Karya Drs. Irwan, M,Sn

Objek : Lukisan Di Ujung Tanduk

Teori : dengan menggunakan teori deskriptif.

Analisis : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Adalah deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan untuk Mendeskripsikan realita sosial dan kebudayaan yang terjadi saat sekarang ini di Minangkabau. Penelitian ini tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau Pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Kesimpulan : Penelitian ini menggunakan teknik analisis data di lapangan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (1992: 20) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion Drawing/verification. Pembedahan karya dilaksanakan melalui tahap-tahap kritik seni rupa, deskripsi, analisis formal, interpretasi dan evaluasi.


7. ANALISIS Karya Seni Aristoteles dengna teori Victor Lowenfeld dan W.Lambert Brittain

Objek : Karya seni Lukis Aristoteles

Teori : Teori Victor Lowenfeld dan W.Lambert Brittain (Perkembangan Seni Rupa anak Victor) 

Analisis : Lukisan merupakan ekspresi kreatif yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah filsafat, Aristoteles, juga mempunyai pengaruh penting terhadap pandangannya tentang seni lukis. Dengan menghubungkan karya bergambar Aristoteles dengan teori perkembangan seni  anak  Victor Lowenfeld dan W. Lambert Brittain, kita dapat mengungkap hubungan antara pemikiran filosofis dan perkembangan seni  pada masa kanak-kanak. Mereka berfokus pada tahap-tahap perkembangan kreativitas anak dalam seni rupa dan bagaimana proses ini dapat dipahami dan didukung. Mereka berfokus pada tahap-tahap perkembangan kreativitas anak dalam seni rupa dan bagaimana proses ini dapat dipahami dan didukung. Karya seni Aristoteles, dalam konteks pandangan filosofisnya, menggambarkan gagasan dan konsep yang berkaitan dengan teori perkembangan seni  anak yang dikembangkan oleh Lowenfeld dan Brittain. Menganalisis hubungan lukisan Aristoteles dengan teori perkembangan seni anak

Kesimpulan : Melalui pemahaman Aristoteles tentang  seni lukis  dan teori perkembangan seni  anak  Lowenfeld dan Brittain, kita dapat melihat bagaimana pemikiran filosofis tentang seni berpadu dengan pemahaman tentang perkembangan kreatif anak. Hal ini memberikan wawasan  tentang hubungan antara teori filosofis dan perkembangan seni  masa kanak-kanak. Dengan memahami pentingnya peran  keduanya, kita dapat lebih mengapresiasi dan mendukung perkembangan kreativitas seni anak.


8. ANALISIS Seni Lukis Kontemporer Karya Andie Aradhea dalam Pendekatan Kritik Seni (Ananditha Alvina Damayanti & Martien Roos Nagara, 2022)

Objek : Semua Lukisan Kontemporer Andie Aradhea

Teori : Teori/Pendekatan Kritik Seni Dharsono Sony Karika, Teori Estetika Monroe Beardsley

Analisis : Karya-karyanya sering menggambarkan kekuatan seorang ibu dalam merawat, menyayangi, dan mencintai anak-anaknya dengan tulus. Ia digambarkan tanpa keluhan, memiliki ketangguhan yang luar biasa, dan cinta kasihnya kepada anak-anaknya dilukiskan tanpa batas. Lukisan-lukisan Andie Aradhea mengilustrasikan tekad, niat, kerja keras, dan dedikasi seorang ibu yang tak terbatas kepada anak-anaknya, seolah menggambarkan cinta yang tak terhingga dan abadi, layaknya lingkaran yang tak memiliki ujung. Ia dianggap sebagai sosok keramat bagi anak-anaknya dalam kehidupan dunia.

Kesimpulan : Dalam penciptaan karya seni lukis dalam aliran impresionisme dan surealisme, terdapat tiga prinsip utama: Keprihatinan, Harapan, dan Cinta. Jadi, konsep ini melibatkan perasaan keprihatinan, aspirasi untuk kebaikan bersama, dan rasa cinta yang mendalam dalam penciptaan karya seni lukis aliran impresionisme dan surealisme. Sedangkan jurnal yang akan saya buat menggunakan teori yang menganalisis tentang kehidupan lingkungan alam dan maknanya untuk menyayangi lingkungan.


9. ANALISIS Karya Seni Lukisan Gadis Melayu dengan Bunga (1955)

Objek : Karya Lukis Gadis Melayu dengan Bunga (1955)

Teori : Democritus

Analisis : Dalam konteks lukisan gadis Melayu dengan bunga, jika dilihat dari sudut pandang Democritus, lukisan tersebut mungkin dapat diartikan sebagai kombinasi atom-atom kecil yang membentuk gambaran yang lebih besar dan lebih kompleks, seperti atom-atom yang membentuk materi. Secara simbolis, bunga-bunga yang dihadirkan dalam lukisan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai bagian-bagian kecil (seperti atom) yang, ketika disusun bersama-sama, membentuk gambaran yang indah, mungkin mewakili keindahan yang dapat ditemukan dalam kompleksitas yang terbentuk dari bagian-bagian kecil. Namun, perlu dicatat bahwa keterkaitan langsung antara lukisan gadis Melayu dengan bunga dan teori Democritus mungkin tidak terlalu jelas atau pasti, karena interpretasi seni dapat bervariasi dan memiliki berbagai sudut pandang yang dapat diambil. 

Kesimpulan : Sementara ada kemungkinan untuk menginterpretasikan lukisan tersebut dalam konteks atomisme Democritus, keterkaitannya mungkin terbatas pada gagasan tentang bagian-bagian kecil yang membentuk keseluruhan, tanpa kejelasan absolut dalam penafsiran visual atau konsep filosofis.


10. ANALISIS MAKNA WARNA LUKISAN PADA KARYA WADJI M.S DI SUKODONO SIDOARJO

Objek : Lukisan Karya Wadji M.S

Teori : Pendekatan Seni Rupa

Analisis : Hasil yang di dapatkan dari penelitian ini adalah makna warna pada karya lukis wadji iwak, pelukis ternama asal sidoarjo yang khas akan objek ikan & warna yang di gunakannya dalam berkarya, warna yang di gunakan Wadji Iwak adalah Warna biasa di sebut warna RGB (red, green, blue) dalam ilmu teori warna, yang menurut Wadji Iwak memiliki makna kesuburan alam & kehidupan manusia, di anggapnya sebuah ungkapan dari suatu rasa yang ia tuangkan dalam karyanya.

Kesimpulan : Penelitian ini mengungkap makna warna dalam karya lukis Wadji Iwak, pelukis ternama dari Sidoarjo, yang fokus pada objek ikan dan penggunaan warna RGB (red, green, blue). Menurutnya, warna ini melambangkan kesuburan alam & kehidupan manusia, menjadi ekspresi perasaan yang terwujud dalam setiap karyanya. Makna ini mencerminkan hubungan yang mendalam antara manusia & alam dalam pandangan seniman tersebut. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan Pendekatan Seni Rupa.


11. ANALISIS VISUAL BONEKA ANGIN TOKO CAT CITRA WARNA

Objek : Visual boneka angin toko cat citra warna 

Teori : pendekatan kualitatif

Analisis : Boneka angin Toko Cat Citra Warna Abadi dirancang dengan menggabungkan berbagai unsur atau elemen desain komunikasi visual yang jika dilihat satu persatu akan memberi makna untuk nantinya di lihat baik dengan menggunakan konsep semiotika diadik maupun triadik. Secara umum elemen tanda yang Menyusun Boneka angin Toko Cat Citra Warna abadi terdiri dari tanda verbal dan non verbal. Dari sudut pandang penyajian secara kajian desain Komunikasi visual tanda tersebut juga nantinya diklasifikasikan lagi menjadi elemen bentuk dalam kaitannya ilustrasi boneka toko cat yang menggambarkan sebuah karakter tertentu, kemudian teks dan tipografi dan yang terakhir adalah warna merupakan kesan pertama yang ditangkap secara visual. Elemen Komunikasi Visual adalah bagian-bagian desain yang dapat digabungkan dengan baik menghasilkan media yang tepat guna. Media komunikasi visual dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan serta dapat berupa alat informasi yang tidak terlepas dari aspek atau elemen yang menyusun desain itu sendiri yang terdiri dari: ilustrasi, teks, tipografi, warna dan layout.

Kesimpulan : Boneka angin toko cat Citra Warna dari sudut pandang teori sekaligus metode Semiotika memiliki berbagai bentuk pemaknaan, antara lain konsep pemaknaan diadik yang dilihat melalui pemaknaan tingkat awal dan tingkat kedua sampai dengan penundaan makna. Pemanknaan dilihat dari makna yang sebenarnnya/tingkat 1/denotasi kemudian berkembang ke pemaknaan yang ada dibaliknya/tinggkat 2/denotasi. pemaknaan secara triadik terdiri dari tiga konsep pemaknaan yaitu icon yang merupakan kemiripan, indeks terkait sebab akibat dam symbol yang diakhiri dengan pemaknaan yang memerlukan kesepakan atau konvensi sehingga pemaknaan sebuah makna dapat berjalan sesuai yang diharapkan.


12. ANALISIS LUKISAN  Drs. Bambang Prihadi, M.Pd (Crash)

Objek : Lukisan karya Bambang Prihadi, yaitu yang berjudul "crash"  (dibuat pada tahun 2007)

Teori : Teori  yang digunakan dalam penelitian ini teori Jones Arthur

Analisis : Komposisi adalah susunan bentuk-bentuk dalam karya seni rupa, termasuk penggunaan unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, dan volume (Jones, 1992: Apapun bidangnya, seniman menyusun unsur-unsur dasar seni rupa. Bagian bagian atau objek-objek dalam karya seni rupa secara individual sering disebut bentuk, tetapi istilah bentuk juga menunjukkan keseluruhan struktur dari suatu komposisi. Istilah komposisi sering digunakan untuk menunjukkan suatu karya seni rupa (Cleaver, 1966: 1-2). Penggunaan unsur-unsur visual dalam karya seni rupa menyangkut hubunganhubungan fisik dan psikologis yang dihasilkan dengan visual device (piranti visual), seperti keseimbangan, irama, dominasi, dan harmoni. Piranti visual ini disebut “principles of organization” (prinsip-prinsip penyusunan) yang berfungsi sebagai aturan dalam komposisi. Penggunaan piranti visual ini menentukan keindahan bentuk (formal beauty) suatu karya seni rupa (Ocvirk dkk., 1962: 11). Dari segi strukturnya, lukisan di atas secara keseluruhan menunjukkan keseimbangan (kestabilan), keselarasan, dan kesatuan. Keseimbangan dihasilkan dengan horisontalitas dan vertikalitas bidang-bidang. Dua bidang warna gelap kehitaman di bagian bawah lukisan seolah-olah menjadi tiang pancang yang sangat kokoh, sehingga mampu menahan berat bidang warna biru yang menjorok ke kanan di bagian atas lukisan. Keselarasan atau harmoni dalam lukisan ini dihasilkan dengan pengulangan unsur garis dan bidang, warna, serta tekstur. Garis selain sebagai garis yang mandiri juga secara bersama-sama membentuk kesan tekstur (tekstur semu) di sebagian besar bidang lukisan. Bidang-bidang warna-warna pokok di sini disusun secara jukstaposisi, tetapi terdapat bias (sapuan tambahan) warna secara bersilangan, sehingga terjadi interaksi warna di sebagian besar bidang lukisan.

Kesimpulan : Lukisan “Crash” merupakan ekspresi penghayatan pelukis terhadap peristiwa alam yang membawa manusia kepada pengalaman spiritual. Dahsyatnya bencana alam tersebut menjadikan pengalaman yang menakutkan dan mengingatkan manusia kepada kekuasaan Sang Mahapencipta. Ungkapan pikiran dan perasaan tersebut tidak disampaikan melalui penggambaran objek-objek yang nyata atau secara literal melainkan melalui gaya abstrak dengan sentuhan gaya ekspresionistik.


13. ANALISIS LUKISAN  Drs. Bambang Prihadi, M.Pd (Lereng Gunung Lawu)

Objek : Lukisan karya Bambang Prihadi, yaitu yang berjudul "Lereng Gunung Lawu"  (dibuat pada tahun 2009)

Teori : Teori  yang digunakan dalam penelitian ini teori Ocvirk, Otto D.

Analisis : Dilihat dari susunan objek-objek yang digambarkan, lukisan “Lereng Gunung Merapi” merupakan lukisan lanskap atau pemandangan alam. Lereng gunung merupakan objek yang membentuk latar belakang (background), hamparan ladang dengan rerumputan dan semak-semak membentuk latar tengah (middle ground), dan bidang tanah serta ketiga pohon yang menonjol sebagai latar depan latar depan (foreground). Susunan ketiga latar tersebut membentuk kesan keruangan yang didasarkan pada prinsip perspektif udara (aerial perspective) maupun overlapping shapes (bidang yang bertumpang tindih). Perspektif udara di sini dihasilkan dengan penggunaan gradasi warna, dari warna terang pada latar depan ke warna gelap pada latar belakang. Berdasarkan perbedaan warnanya, objek-objek yang membentuk ketiga latar tersebut dapat dilihat sebagai kesatuan bidang-bidang yang bertumpang tindih. Untuk menghasilkan komposisi yang estetik, garis-garis batas ketiga latar ini diatur dengan mengacu pada prinsip rule of thirds

Kesimpulan : Lukisan “Lereng Gunung Lawu” merupakan lukisan lanskap dengan gaya non naturalistis, yang dapat dinyatakan berakar dari seni lukis Pasca-Impresionisme. Dengan objek gunung, secara umum lukisan ini dimaksudkan untuk membawa penikmat (apresiator) kepada suatu pengalaman spiritual. Selain itu, bagi penikmat yang mengenal mitos tentang Gunung Lawu khususnya, judul lukisan ini diharapkan dapat membawa kepada pengalaman spiritual yang lebih dalam lagi. Penggambaran objek secara abstraksi (penyederhanaan bentuk) dalam lukisan ini diharapkan dapat membawa pikiran penikmat kepada simbol, yaitu sesuatu yang memiliki makna umum, sehingga dapat memicu usaha untuk memperluas dan memperdalam pemaknaannya terhadap objek tersebut. Penggunaan warna kebiruan dan kehijauan diharapkan dapat membawa suasana hati (mood) penikmat lukisan ini kepada perasaan yang tenang, sejuk, dan mendalam. Namun demikian dengan kecerahan warna serta garis-garis kontur maupun goresan kuas yang kuat dan ritmis, diharapkan pula muncul kesan gerak yang membawa kepada kesadaran tentang kehidupan. Jadi, pesan yang dimaksudkan bahwa dalam ketenangan di sini tetap terdapat gerak kehidupan, sebagai pancaran kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa.


14. ANALISIS LUKISAN Bulukumba Berlayar

Objek : Lukisan karya Sri Ayu Lestari, yaitu yang berjudul "Bulukumba Berlayar" 

Teori : Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori Sutopo (1991)

Analisis : Permainan warna pada baground dengan kesan tidak beraturan, kontras, berbanding terbalik dengan perahu yang entah sesuai dengan warna-warna yang ada pada baground. Tetapi pada karya Sri Ayu Lestari terdapat berbagai macam tekstur disana. Kontras warna pada baground dengan tempelan berbagai macam warna kain yang justuru menjadi pusat permasalahan justru tidak begitu menggambarkan lautann luas. Begitu juga dengan perahu yang pada layarnya terlihat sedikit mengganggu, tetapi secara keseluruhan komposisi pada karya Sri Ayu lestari terlihat mampu sejenak menghibur mata atau pikiran tentang berbagai macam icon yang berada di setiap daerah khususnya di dareah Sulawesi Selatan.

Kesimpulan : Dengan gambar perahu yang divisualisasikan dalam lukisan sebagai simbol subjektif, yaitu menyimbolkan sebuah Daerah yang ada di Sulawesi Selatan dengan iconnya yaitu sebuah perahu. Dalam karya Sri Ayu lestari mengingatkan kita untuk tidak melupakan icon-icon yang berada disetiap daerah.


15. ANALISIS LUKISAN Lee Man Fong 

Objek : Lukisan karya Poppy Rahayu

Teori : Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif

Analisis : Lukisan Cina merupakan suatu entitas kesenirupaan yang mempunyai kaidah serta dalilnya tersendiri yang membuat karya-karya lukisnya menjadi unik dan menjadi ciri khas. Pada karya tulis ini, khususnya, membahas lukisan-lukisan Cina karya Lee Man Fong yang pada latar belakangnya merupakan seniman diaspora Cina yang tinggal dan bekerja di Indonesia dan sempat menjadi ajudan kepercayaan Presiden Soekarno untuk hal-hal penyeleksian karya seni di kalangan Istana Negara. Pada rumusan masalahnya mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek estetis ditinjau dari pemahaman seni lukis Cina Tradisional yang berangkat dari kaidah-kaidah seni lukis Cina Kuno. Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data purposive sampling. Lukisan yang dipilih merupakan beberapa karya Lee Man Fong yang dihasilkan pada masa produktifnya selama dua dekade, yaitu dari tahun 1950 sampai 1970-an sebanyak enam buah, di antaranya:“Dua Ikan Mas Hitam”,“Warung di Bali”,“Taman Pei Hai”,“Wanita Bali Menenun”,“Wanita Bali Membawa Bakul”, dan “Wanita Jepang dengan Kipas”. Adapun metode analisis yang diaplikasikan berupa pendekatan Kritik Seni Rupa Feldman dan Teori Seni Lukis Cina dengan menggunakan Enam Prinsip Lukisan Cina untuk meninjau aspek-aspek estetis dari sampel-sampel tersebut. Pada evaluasinya juga digunakan pendekatan transformasi budaya untuk melihat pemetaan historis dari tiap-tiap karyanya pada medan seni rupa Indonesia pada saat karya tersebut dihasilkan dan didistribusikan. 

Kesimpulan : Enam lukisan terpilih yang menjadi sampel menunjukkan tema dan visualisasi khas Cina dengan tema simbolisme hewan, juga tema khas Indonesia dengan visualisasi keseharian masyarakat Bali pada beberapa lukisannya. Adapun teknik yang diaplikasikan menggunakan teknik seni lukis Cina tradisional.


16. ANALISIS LUKISAN Ironi Dalam Sarang

Objek : Lukisan karya Mulyo Gunarso

Teori : Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kualitatif

Analisis : Makna atau isi karya seni selalu disampaikan dengan bahasa karya seni, melalui tanda atau simbol. Ungkapan rupa dan permainan simbol atau tanda tentu tidak datang begitu saja, ada api tentu ada asap. Begitu juga ketika kita menganalisis sebuah karya, perlu tahu bagaimana asap itu ada, dengan kata lain, bagaimana kejadian yang melatarbelakangi penciptaan karya. Pada dasarnya tahapan ini ialah menguraikan kualitas unsur pendukung ‘subject matter’ yang telah dihimpun dalam deskripsi. Representasi visual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai dengan konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek.Permainan garis pada background dengan kesan tegak, kuat berbanding terbalik dengan bulu-bulu yang entah disadarinya atau tidak. Penggunaan gelap terang warna juga telah bisa memvisualisasikan gambar sesuai nyata, tetapi Gunarso tidak memainkan tekstur disana. Kontras warna background dengan tumpahan coca-cola yang justru jadi pusat permasalahan justru tak begitu terlihat jelas agak mengabur, begitu juga dengan kerumunan semut-semut sedikit terlihat mengganggu, tetapi secara keseluruhan komposisi karya Gunarso terlihat mampu sejenak menghibur mata maupun pikiran kita untuk berfikir tentang permasalahan negri ini.

Kesimpulan : Setiap karya seni pasti mengandung makna, membawa pesan yang ingin disampaikan dan kita membutuhkan intepretasi/ penafsiran untuk memaknainya yang didahului dengan mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan suatu karya seni, pendapat orang membaca karya seni boleh saja sama tetapi dalam menafsir akan berbeda karena diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang atau paradigma.


17. ANALISIS LUKISAN Impian Sarang

Objek : Lukisan karya Mulyo Gunarso

: Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kualitatif

Analisis : Representasi visual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai dengan konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek. Penggunaan gelap terang warna juga telah bisa memvisualisasikan gambar sesuai nyata. Penggarapan background yang transparan dengan warna abu-abu kontras dengan warna sarang yang entah disadarinya atau tidak. Sehingga jika dilihat dari kejauhan, background itu sendiri malahan lebih menarik perhatian audien dari pada subjek utamanya. Dalam berkarya Gunarso mampu mengemas karyanya hingga memiliki karakter tersendiri yang mencerminkan bagian dari kegelisahan, latar belakang serta konflik yang disampaikan kepada audien, bagaimana dia mampu menarik dan memancing audien untuk berinteraksi secara langsung dan mencoba mengajak berfikir tentang apa yang dirasakan olehnya tentang issu yang terjadi di dalam negerinya, kegelisahan tentang kerusakan yang semakin parah.

Kesimpulan : Dalam setiap karya seni sudah pasti terdapat makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh seniman kepada audien atau masyarakatumum. Agar dapat mengetahui makna dan pesan dalam karya seni yang ingin disampaikan, kita membutuhkan intepretasi/ penafsiran untuk memaknainya yang didahului dengan mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan suatu karya seni, setiap orang mungkin saja sama karena mendeskripsikan adalah berkaitan dengan apa yang dilihatnya, tetapi dalam menafsirkan akan berbeda karena adanya perbedaan sudut pandang atau paradigma dari setiap orang.


18. ANALISIS LUKISAN Ornamen Tropis

Objek : Lukisan karya Joko Pramono

Teori : Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori konografi 

Analisis : Tahap kedua dalam proses pemaknaan pada lukisan ‘Ornamen Tropis’ adalah tahap analisis ikonografi. Pada tahap ini makna yang diidentifikasi adalah makna sekunder. Makna sekunder didapat dengan menganalisa tema dan konsep lukisan, setelah itu penelitian dilanjutkan dengan menghungkan antara objek lukisan, tema dan konsepnya dengan kebiasaan pengalaman sehari-hari pencipta karyanya. Konsep dan tema pada perekonomian, dan masalah-masalah lain yang terkait dengan moralitas kehidupan. Sehingga munculah beberapa kelompok seniman muda menawarkan berbagai wacana dalam berbagai bentuk kesenian, seniman ini tidak ingin terikat oleh konvensi atau dogma manapun. Seniman kontemporer menganggap gagasan progre kaum modern yang mementingkan ekspresi sebagai fenomena individualitas, telah memporak-porandakan seni yang integral dengan masyarakatnya, seni yang sesuai dengan nafas jamannya (Sony Kartika, 2017). Pada karya kontemporer atau post-modern, seniman mencoba untuk mengangkat berbagai wacana politik, budaya, sosial, ekonomi dan wacana mengenai moralitas kehidupan lainnya. Maka karya-karya yang dihasilkan penuh dengan nuansa kehidupan sosial yang mengarahkan pada gagasan yang universal. Seni rupa kontemporer membicarakan mengenai kebebasan berekspresi, karya yang hadir tidak harus selalu terikat oleh konvensi-konvensi penciptaan dan menghargai pluralitas (Stallabrass, 2020). Hal yang telah dipaparkan sebelumnya termuat dalam lukisan Joko Pramono yang identik dengan ciri sejarah tipe dalam seni lukis di Indonesia pada abad ke-21 ini dengan didominasi ungkapan dalam gaya surealis.

Kesimpulan : Pemaknanan visual lukisan ‘Ornamen Tropis’ karya Joko Pramono (2017) , yang terdiri dari makna faktual dan makna ekspresional. Makna faktual lukisan ini adalah objek manusia berkepala burung yang duduk disarang seperti menikmati waktu bersama keluarganya, pengembala yang duduk di atas sapi,tiga anak laki-laki memegang ikan, wanita berambut ungu yang memegang burung, sosok manusia berbadan anyaman, anak laki-laki yang menatap puzzle, sosok manusia yang tertidur di samping sofa, dan perempuan yang duduk mengamati sekitarnya. Berdasarkan sejarah gaya, lukisan tersebut dapat dikategorikan sebagai gaya surealis yang berkembang pada masa kontemporer. Penggambaran ekspresional dari seluruh objek tersebut mengungkapkan suatu kondisi merindukan alam yang subur atau sedang bernostalgia mengenai alam Indonesia yang dulunya masih terjaga dan banyak lahan hijau. Dalam hal penggayaan, lukisan ini dikatergorikan sebagai perpaduan gaya surealis dan realis.


19. ANALISIS Estetik Lukisan Buatan Ariana

Objek: Made Ariana sebagai Seniman Autodidak

Teori: Tino Sidin

Analisis : Elemen Estetik dalam Lukisan Abstrak Teknik dan Efek yang Digunakan: Penggunaan teknik efek cahaya gelap untuk menciptakan percikan dan efek yang terlihat dalam lukisan, menghadirkan kesan yang dalam, penekanan, keseimbangan, dan proporsi kuantitas.

Kesimpulan : Kekhasan dalam Lukisan Made Ariana: Karya-karya seni abstrak Made Ariana menunjukkan keindahan dan keutuhan dengan banyaknya motif yang teratur, fokus pada satu titik objek, dan penggunaan teknik efek cahaya gelap yang memberikan kesan mendalam dan keseimbangan dalam lukisannya. Sedangkan perbandingan dengan analisis karya ,Perbedaan Fokus dan Teknik Ekspresi: Sementara lukisan Rini 1958 menampilkan perubahan sosial dengan dinamika visual yang kuat, lukisan-lukisan Made Ariana lebih fokus pada elemen estetik dari alam semesta, pengulangan gambar, dan efek cahaya gelap sebagai teknik ekspresi dalam lukisan abstraknya.


20. ANALAISIS Lukisan Pemandangan: Teknik Spon Dalam Karya Seni Lukis Jelekong

Objek: Seni Lukis Jelekong.

Teori: Metode Deskriptif Kualitatif: 

Analisis: Keunggulan Teknik Seni Lukis Jelekong: Teknik spons menjadi salah satu teknik unik dalam seni lukis Jelekong. Teknik ini mampu menciptakan dimensi bayangan, nada tengah, serta sorotan yang memberikan kedalaman pada lukisan. Identitas Lokal dalam Lukisan Jelekong: Lukisan-lukisan dari Kampung Seni Jelekong dapat dianggap sebagai identitas masyarakat lokal dalam pengelolaan potensi seni rupa daerah.

Kesimpulan: Karakteristik Khas Teknik Seni Lukis Jelekong: Teknik spons dalam seni lukis Jelekong memiliki peran penting dalam menciptakan dimensi visual yang mendalam, serta menonjolkan potensi alam secara unik. Lukisan-lukisan ini menjadi cermin dari identitas dan kekayaan seni rupa lokal. Sedangkan dilukiskan dengan Lukisan Rini 1958Perbedaan Fokus dan Teknik Ekspresi: Sementara lukisan Rini 1958 mungkin mengekspresikan perubahan sosial atau dinamika melalui visual yang dinamis, seni lukis Jelekong, khususnya dengan teknik spons, lebih fokus pada representasi alam dengan teknik yang unik. Meski berbeda, keduanya menggambarkan kreativitas dan ekspresi dalam seni rupa dengan cara yang berbeda.


21. ANALISIS Lukisan "Potret diri & Topeng-topeng kehidupan" Karya Affandi Koesoema

Objek : Lukisan Potret diri dan Topeng-topeng kehidupan

Teori : Teori aliran ekspresionisme

Analisis : Aliran ekspresionisme adalah aliran yang mengusung ide bahwa seni muncul dari dalam diri seniman, bukan dari gambaran alam atau lingkungan sekitarnya, pelukis Affandi Koesoema dalam karyanya di atas menggambarkan gambar Potret diri dengan imajinasi nya sendiri dan menggunakan ciri khas nya sendiri plototan cat akrilik dari pak Affandi yang di gores menggunakan jari membuat sebuah gambaran yang merepresentasikan ide dan imajinasi pelukis menjadi sebuah karya baru.

Kesimpulan : dari tulisan di atas teknik dan cara penggambaran sebuah karyanya memiliki ciri khas unik dan mengekspresikan ide atau imajinasi sang pelukis, perbedaan dalam bahasan yang akan saya bahas tentu saja berada dalam teori yang di pakai oleh pelukis, dan bagaimana masing-masing pelukis menggambarkan perasaannya.


22. Analisis Lukisan “Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan” Karya Affandi

Objek : Lukisan Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan. 

Teori : Dengan menggunakan teknik aliran ekspresionisme

Aliran Ekspresionisme adalah aliran yang mengusung ide bahwa seni muncul dari dalam diri seniman, bukan dari penggambaran alam dunia disekitarnya. Meskipun asalnya tetap dari alam disekitarnya, namun seniman memiliki ingatan dan cara pandang tersendiri yang kemudian diekspresikan pada karyanya. Seniman ekspresionis lebih fokus pada ekspresi tersebut dan menghiraukan berbagai teori dan teknik penciptaan. Terdengar tidak mengherankan jika Affandi dilansir sebagai seniman ekspresionis yang hebat, karena gaya berkeseniannya sendiri memang sudah seperti itu.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Affandi terkenal karena karya figuratifnya, terutama pada tahun 1960-an. Ia senang bermain dengan tema pertunjukan wayang topeng dan peran stereotip dari karakter bertopeng. Presentasi subjek topeng dapat meperlihatkan kepribadian tertentu dengan disposisi yang apik dari potret dirinya sendiri. Penekanan estetikanya melalui sapuan cat yang dinamis dan khas (menumpahkan cat langsung dari tube) diiringi dengan pilihan palet warna yang kelam semakin menjadi identitasnya.

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis itu sama seperti karya lukisan Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan, keduanya menggunakan teknik aliran Ekspresionis. 


23. Analisis film “Joker” dengan teori Color Grading

Objek : Visual film Joker

Teori : Dengan menggunakan teknik color grading

Color Grading adalah proses mengubah warna dari sebuah gambar atau video dengan tujuan menciptakan suasana atau mood tertentu. Color grading yang diterapkan pada film ini juga sangat baik sehingga mampumembangun ambience yang sempurna dan unik dimana penonton dibawa untuk ikutmerasakan perasaan sang tokoh hanya melalui visual warna yang dibuat.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Film joker Ini berisikan cukup banyak tindakan kekerasan yang terlihat sangat realistis dankejam, mulai dari penembakan hingga kekerasan benda tajam. Film ini juga tergolongunik karena mengangkat isu psikologi dan gangguan mental pada tokoh utama nyayang mana masih jarang ditemukan pada film-film action lainnya

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis juga mengacu pada mental depresi sang pelukis Edvard Munch dan menggunakan perpaduan warna warna untuk membuat lukisan dengan makna yang kuat.


24. Analisis lukisan “False Start” karya Jasper Johns

Objek : Lukisan Flase Start

Teori : Dengan menggunakan Kontras split komplemen

Hubungan antar warna kedua adalah kontras split komplemen yang merupakan gabungan antara dua warna yang saling agak berseberangan. False Start merupakan lukisan dengan warna kontras yang kuat. Sekilas lukisan ini terlihat seperti kembang api yang meledak berwarna-warni. Dalam lukisan tersebut, tidak ada komposisi tapi sapuan kuasnya besar dan tegas serta punya perpaduan yang liar.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Sang Maestro mengutarakan bahwa judul lukisan yang dibuat pada 1959 ini terinspirasi dari grafik balap yang ia lihat ketika minum di Cedar Tavern. Bukan hanya lukisan, Jasper Johns sendiri terkenal karena membuat bendera Amerika Serikat. 

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis menggunakan memiliki komposisi warna yang mudah memikat mata. Jadi kedua karya tersebut menggunakan teknik warna yang berbeda dan tidak sama.


25. Analisis Poster film “Krakatoa, East Java” dengan menggunakan teori Ekspresionis

Objek : Poster film Krakatoa, East Java

Teori : Dengan menggunakan teori aliran seni Ekspresionis

Ekspresionisme, juga disebut Ekspresionisme figuratif, adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. 

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Pada 135 tahun yang lalu tepatnya tahun 1883 Gunung Krakatau meletus dahsyat dan melahirkan Gunung Anak Krakatau. Meletusnya Gunung Krakatau divisualkan melalui film dokumenter yang dirilis oleh BBC berjudul “Krakatoa The Last Days”. Film Krakatoa The Last Days dibuat berdasarkan catatan saksi mata letusan Krakatau pada 27 Agustus 1883 silam. Film ini dirilis tahun 2006, disutradarai oleh Sam Miller.

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis juga terinspirasi dari letusan gunung krakatoa, 


26. Analisis poster film “Inter Stellar” 

Objek : Poster film Inter Stellar

Teori : Menggunakan teori aliran seni Romantisisme

Aliran romantisisme merupakan sebuah aliran yang menggambarkan suatu kenyataan yang ada melalui berbagai cara yang terkesan dramatis dan mempunyai suasana seperti di dalam mimpi. Misalnya saja kapal terombang-ambing karena cuaca badai, sesosok manusia yang berdiri di puncak bukit ketika senja datang, dan lain sebagainya. Romantisisme mengungkapkan tentang keindahan sebuah tema dari gaya teatrikalnya, tak hanya mengandalkan subjek yang indah-indah saja.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Film “Interstellar” ini bercerita tentang sekelompok astronot yang mempunyai tujuan ke lubang cacing di dekat planet Saturnus untuk mencari planet baru yang dapat dihuni dan mampu merubah manusia.

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis. Jadi keduanya berbeda teori, jika ekspresionis digambar karena emosi seperti depresi dan romantisisme


27. Analisis lukisan “La Moulin de la Galette” Karya Renoir

Objek : lukisan La Moulin de la Galette

Teori : dengan menggunakan teori aliran seni Impresionisme

Impresionisme merupakan sebuah aliran seni lukis yang menyajikan penggambaran objek yang sesuai dengan kesan ketika objek tersebut dilukis. Aliran seni yang satu ini lebih menonjolkan kesan pencahayaan yang cukup kuat dibandingkan dengan membentuk objek itu sendiri.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel 

Bal du moulin de la Galette adalah lukisan tahun 1876 karya seniman Prancis Pierre-Auguste Renoir. Bertempat di Musée d’Orsay di Paris dan merupakan salah satu mahakarya Impresionisme yang paling terkenal. Lukisan itu menggambarkan hari Minggu sore yang khas di Moulin de la Galette asli di distrik Montmartre di Paris.

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis. Keduanya memiliki perbedaan, namun memiliki kesamaan di lain sisi seperti sama sama menampilkan pemandangan. 


28. Analisis lukisan “Napoleon Crossing the Alps” Karya Jacques Louis David

Objek : lukisan Napoleon Crossing the Alps 

Teori : Dengan menggunakan teori aliran seni Neoklasik

Corak neoklasikisme merefleksikan keinginan untuk menghidupkan kembali semangay dan bentuk seni rupa klasik Yunani-Romawi.Karakteristik karya seni rupa (lukisan dan patung) Neoklasikisme adalah mengangkat tea yang bersifat serius dan heroik dari karya sastra dan sejarah klasik. Dari segi penampakan, karya seni lukisan dan patung Neoklasikisme menonjolkan keindahan yang diidealisasi, harmoni, dan keseimbangan.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Napoleon Crossing the Alps Adalah lukisan kisah serangkaian limapotret berkuda Napoleon Bonaparte dengan cat minyak di atas kanvas dilukis oleh seniman Perancis Jacques-Louis David antara tahun 1801 dan 1805. Awalnya ditugaskan oleh Raja Spanyol , komposisi ini menunjukkan pandangan yang sangat ideal tentang penyeberangan nyata yang dilakukan Napoleon dan pasukannya di sepanjang Pegunungan Alpen melalui Great St Bernard Pass pada bulan Mei 1800.

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis. Keduanya memiliki perbedaan aliran seni, karena karya seni lukis the scream di lukis dengan menggunakan teori aliran seni ekspresionis.


29. Analisis lukisan “The Card Players” Karya Paul Cézanne

Objek : lukisan The Card Players

Teori : Dengan menggunakan teori aliran seni pasca-impresionis

Impresionisme merupakan sebuah aliran seni lukis yang menyajikan penggambaran objek yang sesuai dengan kesan ketika objek tersebut dilukis. Aliran seni yang satu ini lebih menonjolkan kesan pencahayaan yang cukup kuat dibandingkan dengan membentuk objek itu sendiri.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Dalam lukisan ini, terlihat dua orang pria yang sedang bermain kartu dengan begitu hening, serius, dan sekaligus misterius; suatu suasana permainan kartu yang tanpa pertukaran tatapan mata, tanpa interaksi, tanpa sepatah kata pun yang terlontar di antara mereka.

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis. Keduanya memiliki perbedaan, namun memiliki kesamaan di lain sisi seperti sama sama menampilkan pemandangan. 


30. Analisis lukisan “The Third of May” Karya Francisco Goya

Objek : lukisan The Third of May

Teori : Dengan menggunakan teori aliran seni ekspresionis

Aliran Ekspresionisme adalah aliran yang mengusung ide bahwa seni muncul dari dalam diri seniman, bukan dari penggambaran alam dunia disekitarnya. Meskipun asalnya tetap dari alam disekitarnya, namun seniman memiliki ingatan dan cara pandang tersendiri yang kemudian diekspresikan pada karyanya. Seniman ekspresionis lebih fokus pada ekspresi tersebut dan menghiraukan berbagai teori dan teknik penciptaan.

Kesimpulan : Perbandingan Artikel

Tiga Mei 1808 adalah sebuah lukisan yang diselesaikan pada tahun 1814 oleh pelukis Spanyol Francisco Goya. Lukisan ini kini dipamerkan di Museo del Prado, Madrid. Dalam lukisan ini, Goya mencoba mengenang perjuangan Spanyol dalam menghadapi pasukan Napoleon selama pendudukan Prancis pada tahun 1808. 

Sedangkan artikel saya yang membahas tentang lukisan The Scream dengan teori Ekspresionis. Dengan demikian keduanya memiliki kesamaan, yaitu menggunakan teori aliran seni ekspresionis.


Comments

Popular posts from this blog

Penulisan karya ilmiah tahap 1

Muhammad Lathif